Empat setengah bulan sebelum
Nabi saw wafat, tepatnya tanggal 29 Syawwal tahun 10 H terjadi gerhana
matahari. Peristiwa itu bertepatan
dengan wafatnya putra Nabi saw bernama Ibrahim. Di tengah masyarakat waktu itu muncul anggapan bahwa terjadinya
gerhana matahari disebabkan atau terkait dengan wafatnya putra Nabi saw.
tersebut. Maka Nabi saw kemudian memberikan klarifikasi : Sesungguhnya
matahari dan bulan adalah merupakan dua
tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah, keduanya ( gerhana matahari dan bulan) tidak terjadi karena
wafatnya atau lahirnya seseorang. Jika kalian mendapatkan (gerhana itu) maka
berdoalah, bertakbirlah, shalatlah, dan bersedekahlah. ( HR. Al-Bukhari).
Di masyarakat kita juga ada
takhayul, Di Bali misalnya gerhana disebut "Kepayang" terjadi karena
bulan dimakan Batara Kala, ditabuh lesung. Di Jawa Timur dan Jawa Tengah
disebut "Grahono" terjadi karena bulan dimakan Buta Ijo, ditabuh
kentongan. Di Jawa Barat disebut "
Samagaha " terjadi karena bulan dimakan Ular Naga, ditabuh apa saja. Di
Makasar disebut " Sikenrai Mata Aloa " terjadi karena bulan dan
matahari kawin.
Insya Allah berdasar
perhitungan ahli hisab, pada hari Senin tanggal 29 Muharram 1430 H / 26 Januari
2009 M, akan terjadi gerhana Matahari Partial, mulai pk. 15.20 hingga pk.
17.48. Maka sesuai dengan anjuran atau sunnah Nabi saw setelah shalat Ashar, kita kumandangkan
takbir , seperti takbir hari raya I'dul Fithri atau 'Idul Adha, sebagai
ungkapan pengagungan akan ke Maha Besaran dan ke Maha Kuasaan Allah. Peristiwa
gerhana ini semuanya ditetapkan oleh-Nya. Kita manusia hanya bisa menghitung
dan mengetahuinya, kita tidak ikut mengatur dan menetapkannya. Bulan dan
matahari merupakan bagian kecil saja
dari alam semesta yang begitu luas dan dahsyat. Dengan ungkapan takbir
mudah-mudahan bisa menghapus sikap kibir atau sombong pada diri kita.
Kemudian kita Shalat Khusuf,
shalat dua raka'at. Tiap raka'at terdiri dari dua kali "qiyam"
berdiri membaca Al-Fatihah dan surat
lainnya, dua kali ruku, dua kali I'tidal, dua kali sujud. Artinya pada raka'at pertama setelah takbiratul Ihram,
membaca du'a iftitah, ta'udz, alfatihah dan surat dengan dijaharkan atau
dinyaringkan, lalu ruku, I'tidal, setelah membaca Sami'allohu liman hamidah …..,
sedekap lagi terus membaca Alfatihah lagi dengan surat, lantas ruku, I'tidal,
dan sujud dua kali. Lalu berdiri ke rakaat yang kedua, dan melakukan seperti
pada rakaat pertama, kecuali du'a iftitah.
Setelah selesai shalat,
dilanjutkan dengan khutbah oleh imam, satu kali seperti khutbah pada 'Idul
Fithri atau 'Idul Adha.
Selama gerhana berlangsung
kita juga dianjurkan untuk berdo'a dan beristighfar. Insya Allah termasuk sa'at
besar harapan do'a kita diijabah. Disamping berdo'a untuk diri sendiri dan
keluarga, berdo'alah juga untuk orang lain yang sedang ditimpa sakit,
kesedihan, kemalangan, termasuk berdo'alah bagi saudara-saudara kita di Gaza
yang selama tiga pekan mengalami tekanan dan penderitaan akibat angkara murka
dan kebiadaban kaum Zionis Israel, la'natullah 'alaihim. Agar diberi
kesabaran, ketabahan dan kemenangan menghadapi aggressor Yahudi, serta
menghancurkan kekuatan kaum aggressor tersebut. Sebagai ungkapan solidaritas
kita. Nabi saw menyatakankan bahwa mukmin dengan mukmin itu
mesti " Kal-jasadil wahid" , ibarat satu tubuh, dimana ada
anggota tubuh kita yang sakit, anggota tubuh yang lainnya ikut merasakan sakit.
Nabi saw juga mengingatkan kita bahwa barangsiapa yang tidak peduli dengan
urusan kaum muslimin ,maka dia bukanlah umatku.( HR.Muslim)
Kita juga dianjurkan untuk
bersedekah pada saat terjadi gerhana, untuk kemudian kita bagikan kepada kaum
du'afa , fakir dan miskin, atau untuk kali ini bisa kita kumpulkan untuk ikut
meringankan beban dan penderitaan masyarakat muslim di Gaza, atau mendukung
perjuangan para pejuang di Gaza
melawan kezaliman kaum Zionis. Terkait dengan ini Nabi saw pernah mengingatkan
bahwa barangsiapa yang tidak pernah berjuang untuk Islam dan muslimin, bahkan
dalam hatinya tidak ada sedikitpun semangat untuk berjuang, maka jika ia mati,
ia mati dalam salah satu cabang dari kemunafikan. ( HR.Muslim ). Untuk berjuang
tentu tidak selamanya harus langsung terjun di medan pertempuran, bisa juga dengan
memberikan bantuan dana. Hal tersebut seperti diisyaratkan oleh Nabi saw. bahwa
barangsiapa yang ikut menyiapkan perlengkapan atau perbekalan bagi yang sedang
berjuang, maka ia telah ikut berjuang. ( HR. Al-Bukhari ).
Dalam khutbahnya, sebaiknya
imam disamping mengajak jamaah untuk meningkatkan kwalitas keimanan dan
ketakwaan, memperbanyak amal kesolihan, juga menghimbau jamaah untuk tidak
membantu atau mendukung para pembunuh orang-orang beriman, dengan cara
memboikot produk-produk yang disinyalir mendukung aggressor Zionis. Kita harus
kawatir dengan peringatan Nabi saw yang menyatakan bahwa barangsiapa yang membantu membunuh
seorang mukmin, meski hanya dengan sepatah kata, maka ia kelak bertemu dengan
Allah swt tertulis di dahinya kalimat " Orang yang putus dari rahmat
Allah ", na'udzubillah min dzalik.
Mudah-mudahan ibadah khusuf
kali ini juga memiliki nilai solidaritas kita terhadap saudara-saudara kita
yang sedang dihadapkan kepada berbagai kesulitan, serta diterima sebagai ibadah
yang makbul dan mabrur. Amien.
Penulis : Ketua Umum Pimpinan
Pusat PERSIS.