Biografi KH. Aceng Zakaria


KH. Aceng Zakaria lahir di Garut 11 Oktober 1948 dari sebuah keluarga sederhana di kampung Sukarasa desa Citangtu Babakanloa Wanaraja. Ayahnya seorang ulama terkemuka di desanya. Oleh karena itu KH. Aceng Zakaria hidup berkembang di dalam lingkungan religius yang berpendidikan.
Biografi ulama persatuan Islam KH. Aceng Zakaria dimulai pendidikan formalnya di Sekolah Rakyat (SD) Babakan Loa Garut hingga tahun 1967. Disamping itu, ia biasa mengaji kitab-kitab kuning, seperti Safinah, Tijan Jurumiyah dan Imriti yang diadakan di rumah saudara kakaknya yang juga seorang ulama. Karena ketekunanya menelaah kitab kuning ia telah menamatkan Safinah, Tijan Jurumiyah dan Imriti ketika lulus SR.
Karir KH. A. Zakaria diawali menyelesaikan pendidikannya di SR, kedua orang tuanya tidak menyuruh KH. Aceng Zakaria untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah formal. Namun kakanya, Asep Barhoya yang pernah tamat SMP meminta dia untuk melanjutkan sekolah ke SMP.
Akhirnya kisah pada biodata Aceng Zakariya diceritakan memilih belajar agama di rumahnya sendiri sekaligus meringankan beban orangtuanya dengan membantu berladang di sawah dan kebun.
Di samping itu juga beliau aktif berorganisasi di PII (Pelajar Islam Indonesia) Wanaraja dan beberapa kali kerap disuruh untuk berceramah di depan masyarakat.
Keahliannya dalam membaca Arab gundul, memutuskan dia untuk mengajar kitab-kitab kuning kepada para santri di lingkungan rumahnya. Hingga pada akhirnya sekitar tahun 1969, Ustadz yang dulu suka memperbaiki jam ini, memutuskan untuk berangkat ke Bandung dan mencoba sekolah di Pesantren Persatuan Islam (Persis) Pajagalan.
Karena punya basic dalam membaca kitab, maka akhirnya K. H. Aceng Zakaria ditempatkan langsung di kelas satu muallimin (Aliyyah). Perkenalan dengan Persatuan Islam (Persis) sendiri telah dimulai sejak lama, khususnya melalui saudara kakanya dan karena factor lingkungan yang telah lama mengenal Persatuan Islam (Persis).
Melahirkan Buku
Di sela-sela kesibukannya belajar, KH. Aceng Zakaria yang tanpa lulusan perguruan tinggi atau universitas ternama ini mulai mencoba menulis rangkuman beberapa pelajaran, seperti Nahwiyyah dan Musthalah Hadits. Kebiasaannya ini berlangsung hingga dia menyelesaikan pendidikannya pada tahun 1970.
Karena merasa masih kurang ilmunya, KH Aceng Zakaria belajar langsung dengan KH. E Abdurrahman setiap malam kamis di rumahnya. Pelajaran yang disampaikan sangat beragam, namun yang paling diutamakan adalah tafsir Ibn Kasir.
Setelah melihat bakat Aceng Zakaria, KH. E Abdurrahman pun tertarik untuk merekrutnya menjadi ustadz di Pesantren Persatuan Islam (Persis) Pajagalan. Tawaran ini pun langsung diambil olehnya.
Sesekali ia menyempatkan pulang ke Garut. Keluasan ilmunya yang telah lama ia dapatkan dari K.H. E. Abdurrahman dan dari kitab-kitab yang di baca, membuat dirinya diundang dalam acara diskusi yang sering diadakan oleh Pesantren Guntur Garut.
Bahkan sekitar tahun 1973, KH. Aceng Zakaria telah mulai berdiskusi masalah fiqh dengan beberapa ulama Garut seperti, Ajengan Karhi, Ajengan Ade, Ajengan Sulaiman dari Muhammadiyah dan beberapa ulama lainnya. Masalah yang diperdebatkan seputar membaca alfatihah di belakang imam, masalah qunut dan beberapa masalah fiqh kontroversial lainnya yang diselenggarakan sebulan sekali.
Hasil dari ketekunannya dalam mempelajari kitab-kitab Ulama terdahulu dan masa kini membawa pemikiran beliau menjadi kritis dan cermat dalam menghadapi setiap perdebatan. Dari acara inilah namanya mulai melambung dan menjadi bahan pembicaraan para ulama Garut.
Sekitar awal tahun 1975, KH. Aceng Zakaria tanpa gelar akademik memutuskan untuk pindah ke Garut atas permintaan dari Ibu Aminah Dahlan, salah seorang pendiri pesantren Persatuan Islam pertama di Garut. melihat kondisi umat Islam di Garut yang masih terbelenggu khurafat, tkhayyul dan kebid’ahan membuat dirinya rajin melakukan dakwah ke berbagai daerah di Garut.
Disamping ceramah diatas mimbar dia juga menyampaikan ceramah di salah satu station radio di Garut. Sesibuk apapun KH. Aceng Zakaria, Namun dedikasinya dalam mengajarkan ilmu Islam, khususnya Fiqh, tafsir, ilmu Bahasa Arab dan hadits tidak pernah dia tinggalkan. Ketika pertama kali menginjak Garut pun ia langsung mengajar di Pesantren Persatuan Islam Bentar Garut.
Beberapa ustadz di Garut meminta Aceng zakaria untuk mengajarkan ilmunya kepada mereka. Karena permintaan terus bertambah banyak, maka dia pun mengadakan pembinaan kepada para pengajar dan juru dakwah setiap malam jumat.
Pelajaran yang disampaikan seputar nahwiyyah, Fiqh dan tafsir. Khususnya bulan Ramadhan, para pengajar dan juru dakwah digembleng sebulan penuh dengan menyelesaikan pelajaran nahwiyyahyang dia susun ketika pertama kali sekolah di Pajagalan Bandung. Makalah-makalah dari penataran ini dia kumpulkan dan kemudian menjadi beberapa buku yang kini bereder hingga ke berbagai daerah di Indonesia seperti Irianjaya dan Aceh.
Salah satu karyanya yang monumental adalah Hidayah Fi Masail Fiqhiyyah Mutaa’ridhah. Buku ini dirampungkan sebanyak tiga jilid pada bulan Ramadhan 1408 H serta mendapat apresiasi dari Dr. Ahmad Amr Hasyim salah seorang dosen Hadits di Universitas al Azhar Kairo Mesir yang memberikan kata sambutan dalam pembukaannya.
Beberapa karya KH. ustadz Aceng Zakaria diantaranya :
Buku Aqidah
Ilmu tauhid jilid I, II dan III (Bahasa Arab)
Pokok-pokok Ilmu Tauhid
Syahadat Bai`at dan Jamaah Islamiyyah
Buku Fiqh
Hidayah Fi Masail Fiqhiyyah Mutaa’ridhah
Haramkah Isbal dan Wajibkah Janggut
Do`a – Do`a Shalat, Versi Indonesia dan Sunda
Do`a – Do`a Sehari-hari
Do’a Haji dan Umrah
Hadyu Rosul
Tarbiyah An-Nisa (Bahasa Arab)
Tarbiyah Nisa (Bahasa Indonesia)
Buku Bahasa
Al-Muyasar fi Ilmu Nahwi Jilid I, II dan III (Bahasa Arab)
Al-Kafi (buku Tashrif) Jilid I, II dan III (Bahasa Arab)
Tashrif 24 Jam
Nahwu terjemah
Kamus Tiga Bahasa (Indonesia – Arab – Inggris )
Ilmu Mantiq (Bahasa Arab)
Jadul Muta`alim (Bahasa Arab)
Adi`yyah, (Bahasa Arab)
Bidang tafsir
Al-Bayan fi Ulumul Qu`ran (Bahasa Arab)
Ilmu tajwid (Bahasa Arab)
Tafsir Al Fatihah (bahasa Indonesia)
Buku Hadits
Ilmu Musthalah hadits (Bahasa Arab)
Etika Hidup Seorang Muslim
Kitabul Adab, Jilid I dan II, (Bahasa Arab)

Share :