Shiddiq Amien; Intelektual Muda Berjiwa Ulama

Profil tokoh berikut bernama KH. Drs. Shiddiq Amien, MBA (Alm) merupakan Intelektual Muda Berjiwa Ulama secara jelas disampaikan Oleh : Abu Alifa Shihab pada salah satu media sosial, dan akan dituliskan kembali pada situs blog Persis berikut ini :

Sosok ulama intelektual yang mampu memberikan pencerahan pemikiran dan gerakan dakwah khususnya melalui dan dilingkungan jamiyyah Persatuan Islam. Harus diakui Persis dibawah kepemimpinannya mengalami sebuah penyegaran pemikiran konsep dan program yang disesuaikan dengan keadaan yang dibutuhkan. Ulama asal Kota Tasikmalaya yang gemar membaca ini, merupakan sosok yang kehadirannya sangat dinantikan dan dibutuhkan oleh umat. Gaya penyampaian yang komunikatif dan argumentative, disertai gaya dakwah yang memikat membuat orang tidak mau beranjak untuk tetap menyimak pesan yang disampaikannya. Mulai dari masyarakat menengah kebawah, sampai menengah keatas. Dari mulai petani sampai ketingkat akademisi bahkan ketingkat elit (pejabat). KH.Shiddiq Amien mewarisi pemikiran intelektual dan keulamaan, sekaligus akan memberikan kesan istimewa mengenai kepribadian dan pematangan intelektual dan sangat disegani dilingkungan jamaah dan jamiyyah Persis. Shiddiq Amin merupakan figur ulama langka dijaman sekarang. Beliau seorang ulama yang serius dalam prinsip tapi cukup toleran dengan pemahaman lain.

KH.Shiddiq Amien adalah seorang ulama intelektual dan intelektual ulama ternama dalam jajaran jamiyyah Persatuan Islam (Persis) khususnya. Sebagai ulama beliau mampu membawa jamiyah Persis ke level mengagumkan. Sebagai seorang intelektual muda, beliau mampu menyatukan tradisi keulamaan dan keintelektualan secara sekaligus.

KH.Shiddiq Amien, yang nama aslinya Shiddiq Aminullah lahir di Tasikmalaya, tepatnya di kampung Benda Kecamatan Cipedes, tanggal 13 Juni 1955, dan meninggal dunia pada hari Sabtu, 31 Oktober 2009, di Rumah Sakit Al-Islam, Bandung. Ayahnya bernama KH.Ustman Aminullah[1] dan ibunya bernama Hj.E.Hamidah. Ayah beliau adalah salah seorang murid A.Hassan guru utama Persis, disamping itu KH. Utsman Aminullah merupakan pendiri dari Pesantren Persi 67 Benda. Tidak heran jika ketekunan untuk mempelajari agama Islam mengalir kepada anaknya.[2]Sewaktu kecil Shiddiq Amien sebagai layaknya seorang anak, ia senang bermain dengan anak seusianya. Beliau sering ikut menghadiri pengajian bersama ayahnya. Bahkan Ibunya menuturkan bahwa Shiddiq Amien (yang masa remajanya suka main gitar ini) senantiasa ingin ikut jika ayahnya mengisi pengajian. Bahkan suka menangis apabila ia tidak diajaknya.

Menginjak remaja, Shiddiq Amien pandai bergaul dengan remaja seusianya. Bermain gitar diantara yang ia lakukan bersama teman sebayanya. Disamping sangat menyayangi adik-adiknya, Shiddiq Amien remaja juga suka bercanda, dan terkadang “usil” sama adik-adiknya. Bahkan pernah suatu ketika saat melihat adiknya sedang shalat, ia bermain gitar dan bernyanyi yang isinya berupa candaan, sampai adiknya yang sedang shalat tertawa dan membatalkan shalatnya. Itulah Shiddiq Amien diusia remaja (14 tahun).[3]Jenjang pendidikan formal Shiddiq Amien diawali dengan memasuki SDN Benda Nagarasari Tasikmalaya, kemudian masuk SMPN 3 Tasikmalaya dan SMA Negeri 1 Tasikmalaya. Selesai menamatkan pendidikannya di SMA (1974), beliau melanjutkan pendidikan formalnya di ABA (seakarang STBA) yang waktu kuliahnya sore hari. Maka pada pagi harinya Shiddiq Amien belajar di pesantren Persis 1 Pajagalan pada tingkat Mu’allimien yang di pimpin (saat itu) oleh KH.Endang Abdurrahman. Dilihat dari sisi pendidikan pesantren beliau terbilang cukup mengagumkan, mengingat tanpa memasuki jenjang Tsanawiyah bisa langsung masuk ke Tingkat Mu’allimien. Saat itu Shiddiq Amien hanya dititipkan oleh sang ayah kepada KHE.Abdurrahman.[4] Pendidikan ilmu agamanya lebih banyak diasuh oleh sang ayah, baik itu ilmu alat seperti balaghah, nahwiyah, sharaf dan lain-lain, atau-pun dalam membaca kitab kuning. Sekalipun beliau tidak pernah mengeyam pendidikan tingkat Tsanawiyah secara formal di Persis, namun beliau mampu menyusul ketertinggalan itu bahkan menjadi murid kepercayaan ustadz Abdurrahman. Tentu saja pendidikan agama yang senantiasa beliau terima dari ayahnya menjadi modal. Sebab hampir tiap malam beliau diajari oleh ayahnya. Seperti dituturkan mantan santrinya, bahwa ia sering mendengar beliau membaca hadits atau kitab yang diajarkan oleh ayahnya. Bahkan menurut penuturan ibunya Hj.E.Hamidah bahwa sebelum jang Shiddiq (panggilan keyasangan dari ibu) pergi ke Bandung, selama kurang lebih 2 bulan beliau tiap habis shalat shubuh oleh ayahnya diasah mengenai ilmu alat seperti nahwiyah, balaghah, mantiq dan sebagaianya. Maka tidak heran jika beliau bisa langsung masuk ke jenjang Mu’allimien. Bahkan Shiddiq Amien banyak mendapat kepercayaan dari gurunya Ustadz Abdurrahman. Meskipun hanya mengenyam pendidikan selama dua tahun di Pesantren (Mu’allimien) namun pengetahuan yang dimilikinya tentang agama Islam cukup luas dan mendalam. Hal ini disebabkan beliau selalu rajin dan ulet dalam mempelajari agama Allah. Bukan hanya melalui pendidikan Mu’allimien, namun juga melalui pengajian-pengajian yang selalu dihadirinya, selain itu dengan penguasaan dua bahasa asing menyebabkan mampu membuka berbagai disiplin ilmu. Dan pada tahun 1979 beliau memperoleh gelar S1-nya di Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STBA), sedangkan gelar MBA diraihnya lewat JIMS.

Suatu hal yang patut mendapat sorotan dan menarik jika ditelusuri ikhwal pendidikannya yang menjadi sosok ulama kharismatik. Kesan yang akan muncul dan terbersit, bahwa pendidikan yang dijalaninya agak berbeda dengan para Kyai pada umumnya. Bahkan mungkin berbeda dengan jalur pendidikan yang biasa dijalani para putra pimpinan pesantren. Peta perjalanan pendidikan yang dijalani Shiddiq Amien sangat unik dan mengesankan. Jika ditinjau dalam perspektif yang lebih terang, hal ini menunjukkan betapa visionernya Shiddiq Amien sejak masih muda.

Shiddiq Amien mampu untuk terbang melampaui paradigma pendidikan pesantren yang berlangsung selama berpuluh tahun. Beliau kemudian menuruti minat dan bakatnya dalam hal pendidikan, meskipun berbeda dengan tradisis pesantren. Namun, terbukti akhirnya memberikan manfaat yang besar dikemudian hari. Jenjang pendidikannya sebagai sosok Kyai dengan wawasan yang luas.[5] Hal ini bisa kita bayangkan bahwa Shiddiq Amien semasa masih belajar di SMA 1 Tasikmalaya, sudah diberi tugas oleh ayahnya untuk mengajar di pesantren Persis 67. Mata pelajaran yang ia sampaikan adalah Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Dalam kapasitasnya sebagai seorang guru, Shiddiq Amien dalam menyampaikan pelajarannya sangat komunikatif dan gampang untuk dimengerti. Tidak jarang diantara para santri merasa rugi dan kehilangan jika suatu saat beliau tidak bisa mengajar. Kehadirannya sangat dinantikan oleh para santri.
[1] KH.Ustman Aminullah merupakan murid Ahmad Hassan angkatan pertama ketika Persis pertama kali mendirikan pesantren. Beliau merupakan tokoh pertama yang menyebarkan faham al-quran dan as-Sunnah melalui jamiyyah Persis di wilayah Tasikmalaya dan sekitarnya. (Wawancara Pribadi dengan Pihak keluarga (Hj.E.Hamidah), 20 Juni 2011)
[2] Hj.E.Hamidah, Ibunda Shiddiq Amien, Wawancara Pribadi, Tasikmalaya, Juni 2011
[3] Dra. Imas Masaroh Amien, Bagian Kurikulum dan Guru Pesantren Persis 67 Benda, Wawancara Pribadi, 20 Juni 2011
[4] KHE.Abdurrahman adalah Ketua Umum PP.Persis yang dilakukan melalui referendum dan selanjutnya melalui Muakhat (pengganti Muktamar). Periode kepemimpinan KHE.Abdurrahman ini merupakan periode kepemimpinan Persis ketiga setelah berakhirnya kepemimpinan KH.Mohammad Isa Anshary. Periode ini juga merupakan regenerasi kepemimpinan dari generasi pertama Persis ke eksponen Pemuda Persis, yang merupakan organisasi otonom Persis, tempat pembentukan kader-kader Persis. Lihat Dadan Wildan, Yang Da’i Yang Politikus : Hayat dan Perjuangan Lima Tokoh Persis (Bandung : Rosda, 1997, cet.Pertama, h.126-127)
[5] Ian Suherlan, Efri Aditia, Ustadz Shiddiq Amien Ulama Teladan Umat, Jakarta, Indonesia Press 2010, cet.1 hal
..............................................................................................................................................

sumber untuk profil di bawah diambil dari wikipedia
KH.Shiddiq Amien adalah seorang intelektual dan ulama ternama dalam jajaran jamiyyah Persatuan Islam[1]. Sebagai ulama beliau mampu membawa jamiyah Persis ke level mengagumkan. Dan sebagai seorang intelektual muda, beliau mampu menyatukan tradisi keulamaan dan keintelektualan secara sinergis, dengan harmonisasi yang cukup terintegritas dalam satu wawasan berfikir yang matang.

Shiddiq Amien adalah pelanjut tokoh Persis yang mampu melanjutkan peralihan dari tradisi lama menjadi tradisi baru, dari wajah Persis yang eksklusif dan tertutup menjadi terbuka, toleran, dan adaptif terhadap segala permasalahan. Beliau mampu menjadi jembatan pemahaman antara kalangan santri dan kaum akademis[2]

Masa Kanak - kanak
KH.Shiddiq Amien,[3] nama aslinya Shiddiq Aminullah lahir di Tasikmalaya, tepatnya di kampung Benda Kecamatan Cipedes, tanggal 13 Juni 1955, dan meninggal dunia pada hari Sabtu, 31 Oktober 2009, di Rumah Sakit Al-Islam, Bandung.[4] Ayahnya bernama KH.Ustman Aminullah dan ibunya bernama Hj.E.Hamidah. Ayah beliau adalah salah seorang murid A.Hassan atau Ahmad Hassan[5] guru utama Persis, disamping itu KH. Utsman Aminullah merupakan pendiri dari Pesantren Persi 67 Benda. Tidak heran jika ketekunan untuk mempelajari agama Islam mengalir kepada anaknya.

Masa kanak - kanak, Shiddiq amien sebagai mana layak nya seorang anak, banyak menghabiskan waktunya untuk bermain dengan anak seusianya. tetapi Beliau tidak pernah melupakan kewajiban utamanya untuk belajar Agama, bahkan sering ikut menghadiri pengajian bersama ayahnya. tidak jarang Shiddiq Amien (yang masa remajanya suka main gitar ini) selalu ingin ikut jika ayahnya mengisi pengajian.

Pendidikan
Jenjang pendidikan formal Shiddiq Amien diawali dengan memasuki SDN Benda Nagarasari Tasikmalaya, kemudian masuk SMPN 3 Tasikmalaya dan SMA Negeri 1 Tasikmalaya. Selesai menamatkan pendidikannya di SMA (1974), beliau melanjutkan pendidikan formalnya di ABA (seakarang STBA) yang waktu kuliahnya sore hari. Maka pada pagi harinya Shiddiq Amien belajar di pesantren Persis 1 Pajagalan pada tingkat Mu’allimien yang di pimpin (saat itu) oleh KH.Endang Abdurrahman. Dilihat dari sisi pendidikan pesantren beliau terbilang cukup mengagumkan, mengingat tanpa memasuki jenjang Tsanawiyah bisa langsung masuk ke Tingkat Mu’allimien. Saat itu Shiddiq Amien hanya dititipkan oleh sang ayah kepada KHE.Abdurrahman.[4] Pendidikan ilmu agamanya lebih banyak diasuh oleh sang ayah, baik itu ilmu alat seperti balaghah, nahwiyah, sharaf dan lain-lain, atau-pun dalam membaca kitab kuning. Sekalipun beliau tidak pernah mengeyam pendidikan tingkat Tsanawiyah secara formal di Persis, namun beliau mampu menyusul ketertinggalan itu bahkan menjadi murid kepercayaan ustadz Abdurrahman. Tentu saja pendidikan agama yang senantiasa beliau terima dari ayahnya menjadi modal. Sebab hampir tiap malam beliau diajari oleh ayahnya. Seperti dituturkan mantan santrinya, bahwa ia sering mendengar beliau membaca hadits atau kitab yang diajarkan oleh ayahnya. Bahkan menurut penuturan ibunya Hj.E.Hamidah bahwa sebelum jang Shiddiq (panggilan keyasangan dari ibu) pergi ke Bandung, selama kurang lebih 2 bulan beliau tiap habis shalat shubuh oleh ayahnya diasah mengenai ilmu alat seperti nahwiyah, balaghah, mantiq dan sebagaianya. Maka tidak heran jika beliau bisa langsung masuk ke jenjang Mu’allimien. Bahkan Shiddiq Amien banyak mendapat kepercayaan dari gurunya Ustadz Abdurrahman. Meskipun hanya mengenyam pendidikan selama dua tahun di Pesantren (Mu’allimien) namun pengetahuan yang dimilikinya tentang agama Islam cukup luas dan mendalam. Hal ini disebabkan beliau selalu rajin dan ulet dalam mempelajari agama Allah. Bukan hanya melalui pendidikan Mu’allimien, namun juga melalui pengajian-pengajian yang selalu dihadirinya, selain itu dengan penguasaan dua bahasa asing menyebabkan mampu membuka berbagai disiplin ilmu. Dan pada tahun 1979 beliau memperoleh gelar S1-nya di Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STBA), sedangkan gelar MBA diraihnya lewat JIMS.
SDN Benda – Jl. Cisalak No. ….. Tsm (thn. 1968)
Diniyyah Ula Pesantren Persis Benda – Tsm (thn. 1968)
SMPN-3 Jl. Merdeka No. 17 – Tsm (thn. 1972)
SMAN-1 – jl. RSU No. 28 – Tsm (thn. 1974)
Mu’allimien ( MA) – jl. Pajagalan no. 14 – Bdg (thn 1976)
ABA Pasundan – Tasikmalaya (thn. 1979)
STBA Yapari – jl. Cihampelas No. 194 – Bdg (thn. 1988)
DLI – Jakarta – jl. Gatot Subroto Kav.56 – Jakarta (thn. 1999)

Riwayat Dalam Kehidupan Organisasi
Ketua Bidang Kepustakaan OSIS SMPN-3 Tasikmalaya (thn. 1971)
Ketua bidang Kerohanian OSIS SMAN-1 Tasikmalaya (thn. 1974)
Ketua Umum RG Pesantren Persis Pajagalan Bandung (thn. 1976)
Anggota Bidang Rohani Senat Mhsw STBA Yapari Bandung (thn. 1987)
Anggota Pemuda Persis Cab. Tasikmalaya (thn. 1977)
Sekretaris PC Persis Cipedes – Tsm (1977-1984)
Ketua Pimpinan Daerah Persis Tasikmalaya (1984 –1990)
Ketua Bid. Jamiyyah PP Persis (1990-1997)
Ketua Umum PP Persis (1997 – 2009)[6]
Angota Dewan Penasihat MUI Pusat (1998 – 2009)
Anggota MPR RI Fraksi Utusan Golongan (1999 – 2004)
Riwayat Pekerjaan
Guru / Pimpinan Pesantren Persis Benda (1997)
Dosen STAIPI Persis – jl. Ciganitri – Bandung ( 1995 – 1997)
Dosen Prog. Bidan Depkes – Tsm (1994 – 1997)
Dosen AKPER Depkes Tsm (1995 – 1996)
Komisaris Utama BPRS Amanah R Bandung (1997 – ‏2000)
Komisaris Utama PT Karya Imtak – Bandung (1997)
Anggota Dewan Syariah BPRS Al-Wadiah Tsm (1998 – 2000)
Anggota Dewan Pengawas Syari’ah Bank BTPn (2008)

Ulama Intelektual
Merupakan sosok ulama intelektual[7] yang mampu memberikan pencerahan pemikiran dan gerakan dakwah khususnya melalui dan dilingkungan jamiyyah Persatuan Islam. Harus diakui Persis dibawah kepemimpinannya mengalami sebuah penyegaran pemikiran konsep dan program yang disesuaikan dengan keadaan yang dibutuhkan. Ulama asal Kota Tasikmalaya yang gemar membaca ini, merupakan sosok yang kehadirannya sangat dinantikan dan dibutuhkan oleh umat. Gaya penyampaian yang komunikatif dan argumentative, disertai gaya dakwah yang memikat membuat orang tidak mau beranjak untuk tetap menyimak pesan yang disampaikannya. Mulai dari masyarakat menengah kebawah, sampai menengah keatas. Dari mulai petani sampai ketingkat akademisi bahkan ketingkat elit (pejabat). KH.Shiddiq Amien mewarisi pemikiran intelektual dan keulamaan, sekaligus akan memberikan kesan istimewa mengenai kepribadian dan pematangan intelektual dan sangat disegani dilingkungan jamaah dan jamiyyah Persis. Shiddiq Amin merupakan figur ulama langka dijaman sekarang. Beliau seorang ulama yang serius dalam prinsip tapi cukup toleran dengan pemahaman lain.
Guru dan Ulama

Suatu hal yang patut mendapat sorotan dan menarik jika ditelusuri ikhwal pendidikannya yang menjadi sosok ulama kharismatik. Kesan yang akan muncul dan terbersit, bahwa pendidikan yang dijalaninya agak berbeda dengan para Kyai pada umumnya. Bahkan mungkin berbeda dengan jalur pendidikan yang biasa dijalani para putra pimpinan pesantren. Peta perjalanan pendidikan yang dijalani Shiddiq Amien sangat unik dan mengesankan. Jika ditinjau dalam perspektif yang lebih terang, hal ini menunjukkan betapa visionernya Shiddiq Amien sejak masih muda.

Shiddiq Amien mampu untuk terbang melampaui paradigma pendidikan pesantren yang berlangsung selama berpuluh tahun. Beliau kemudian menuruti minat dan bakatnya dalam hal pendidikan, meskipun berbeda dengan tradisis pesantren. Namun, terbukti akhirnya memberikan manfaat yang besar dikemudian hari. Jenjang pendidikannya sebagai sosok Kyai dengan wawasan yang luas. Hal ini bisa kita bayangkan bahwa Shiddiq Amien semasa masih belajar di SMA 1 Tasikmalaya, sudah diberi tugas oleh ayahnya untuk mengajar di pesantren Persis 67.[8] Mata pelajaran yang ia sampaikan adalah Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Dalam kapasitasnya sebagai seorang guru, Shiddiq Amien dalam menyampaikan pelajarannya sangat komunikatif dan gampang untuk dimengerti. Tidak jarang diantara para santri merasa rugi dan kehilangan jika suatu saat beliau tidak bisa mengajar. Kehadirannya sangat dinantikan oleh para santri.
Orang Yang Berpengaruh

Dalam Pribadinya mengalir Darah Ulama, dan dari kecil hingga dewasa Shiddiq banyak di pengaruhi fikiran fikiran dan kecerdasan orang - orang hebat disekelilingnya, diantarnya ;
[1] KH.Ustman Aminullah ayahanda Shiddiq, merupakan murid Ahmad Hassan angkatan pertama ketika Persis pertama kali mendirikan pesantren. Beliau merupakan tokoh pertama yang menyebarkan faham al-quran dan as-Sunnah melalui jamiyyah Persis di wilayah Tasikmalaya dan sekitarnya.
[2] Hj.E.Hamidah, Ibunda Shiddiq Amien, yang membentuk Jiwa dan Pemikiran Shiddiq lebih dewasa, jujur, apa adanya, dan disiplin.
[3] Dra. Imas Masaroh Amien, Bagian Kurikulum dan Guru Pesantren Persis 67 Benda.
[4] KHE.Abdurrahman adalah Ketua Umum PP.Persis yang dilakukan melalui referendum dan selanjutnya melalui Muakhat (pengganti Muktamar). Periode kepemimpinan KHE.Abdurrahman ini merupakan periode kepemimpinan Persis ketiga setelah berakhirnya kepemimpinan KH.Mohammad Isa Anshary. Periode ini juga merupakan regenerasi kepemimpinan dari generasi pertama Persis ke eksponen Pemuda Persis, yang merupakan organisasi otonom Persis, tempat pembentukan kader-kader Persis.
Karya Tulis
Selama karier nya sebagai ulama, KH. Shiddiq Amien telah menulis beberapa buku islam, diantaranya :
Presiden Wanita dalam pandangan Islam,[9] Penerbit Persis 2001, 48 halaman
Islam : dari Aqidah hingga Peradaan[10] Penerbit, Suluh, 2010
Keluarga Berencana dalam pandangan Islam,[11] Penerbit Persis Pers 2001

Share :