GERHANA DAN SOLIDARITAS


Oleh : Shiddiq Amien

Empat setengah bulan sebelum Nabi saw wafat, tepatnya tanggal 29 Syawwal tahun 10 H terjadi gerhana matahari.  Peristiwa itu bertepatan dengan wafatnya putra Nabi saw bernama Ibrahim. Di tengah masyarakat  waktu itu muncul anggapan bahwa terjadinya gerhana matahari disebabkan atau terkait dengan wafatnya putra Nabi saw. tersebut. Maka Nabi saw kemudian memberikan klarifikasi : Sesungguhnya matahari dan bulan adalah merupakan  dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah, keduanya ( gerhana  matahari dan bulan) tidak terjadi karena wafatnya atau lahirnya seseorang. Jika kalian mendapatkan (gerhana itu) maka berdoalah, bertakbirlah, shalatlah, dan bersedekahlah. ( HR. Al-Bukhari).

Di masyarakat kita juga adatakhayul, Di Bali misalnya gerhana disebut "Kepayang" terjadi karena bulan dimakan Batara Kala, ditabuh lesung. Di Jawa Timur dan Jawa Tengah disebut "Grahono" terjadi karena bulan dimakan Buta Ijo, ditabuh kentongan. Di Jawa Barat  disebut " Samagaha " terjadi karena bulan dimakan Ular Naga, ditabuh apa saja. Di Makasar disebut " Sikenrai Mata Aloa " terjadi karena bulan dan matahari kawin.

Maka sesuai dengan anjuran atau sunnah Nabi saw  setelah shalat Ashar, kita kumandangkan takbir , seperti takbir hari raya I'dul Fithri atau 'Idul Adha, sebagai ungkapan pengagungan akan ke Maha Besaran dan ke Maha Kuasaan Allah. Peristiwa gerhana ini semuanya ditetapkan oleh-Nya. Kita manusia hanya bisa menghitung dan mengetahuinya, kita tidak ikut mengatur dan menetapkannya. Bulan dan matahari merupakan bagian kecil saja  dari alam semesta yang begitu luas dan dahsyat. Dengan ungkapan takbir mudah-mudahan bisa menghapus sikap kibir atau sombong pada diri kita.

Kemudian kita Shalat Khusuf, shalat dua raka'at. Tiap raka'at terdiri dari dua kali "qiyam" berdiri membaca Al-Fatihah dan surat lainnya, dua kali ruku, dua kali I'tidal, dua kali sujud. Artinya pada  raka'at pertama setelah takbiratul Ihram, membaca du'a iftitah, ta'udz, alfatihah dan surat dengan dijaharkan atau dinyaringkan, lalu ruku, I'tidal, setelah membaca Sami'allohu liman hamidah ….., sedekap lagi terus membaca Alfatihah lagi dengan surat, lantas ruku, I'tidal, dan sujud dua kali. Lalu berdiri ke rakaat yang kedua, dan melakukan seperti pada rakaat pertama, kecuali du'a iftitah.
Setelah selesai shalat, dilanjutkan dengan khutbah oleh imam, satu kali seperti khutbah pada 'Idul Fithri atau 'Idul Adha.

Selama gerhana berlangsung kita juga dianjurkan untuk berdo'a dan beristighfar. Insya Allah termasuk sa'at besar harapan do'a kita diijabah. Disamping berdo'a untuk diri sendiri dan keluarga, berdo'alah juga untuk orang lain yang sedang ditimpa sakit, kesedihan, kemalangan, termasuk berdo'alah bagi saudara-saudara kita di Gaza yang selama tiga pekan mengalami tekanan dan penderitaan akibat angkara murka dan kebiadaban kaum Zionis Israel, la'natullah 'alaihim. Agar diberi kesabaran, ketabahan dan kemenangan menghadapi aggressor Yahudi, serta menghancurkan kekuatan kaum aggressor tersebut. Sebagai ungkapan solidaritas kita.  Nabi saw  menyatakankan bahwa mukmin dengan mukmin itu mesti " Kal-jasadil wahid" , ibarat satu tubuh, dimana ada anggota tubuh kita yang sakit, anggota tubuh yang lainnya ikut merasakan sakit. Nabi saw juga mengingatkan kita bahwa barangsiapa yang tidak peduli dengan urusan kaum muslimin ,maka dia bukanlah umatku.( HR.Muslim)

Kita juga dianjurkan untuk bersedekah pada saat terjadi gerhana, untuk kemudian kita bagikan kepada kaum du'afa , fakir dan miskin, atau untuk kali ini bisa kita kumpulkan untuk ikut meringankan beban dan penderitaan masyarakat muslim di Gaza, atau mendukung perjuangan para pejuang di Gaza melawan kezaliman kaum Zionis. Terkait dengan ini Nabi saw pernah mengingatkan bahwa barangsiapa yang tidak pernah berjuang untuk Islam dan muslimin, bahkan dalam hatinya tidak ada sedikitpun semangat untuk berjuang, maka jika ia mati, ia mati dalam salah satu cabang dari kemunafikan. ( HR.Muslim ). Untuk berjuang tentu tidak selamanya harus langsung terjun di medan pertempuran, bisa juga dengan memberikan bantuan dana. Hal tersebut seperti diisyaratkan oleh Nabi saw. bahwa barangsiapa yang ikut menyiapkan perlengkapan atau perbekalan bagi yang sedang berjuang, maka ia telah ikut berjuang. ( HR. Al-Bukhari ).

Dalam khutbahnya, sebaiknya imam disamping mengajak jamaah untuk meningkatkan kwalitas keimanan dan ketakwaan, memperbanyak amal kesolihan, juga menghimbau jamaah untuk tidak membantu atau mendukung para pembunuh orang-orang beriman, dengan cara memboikot produk-produk yang disinyalir mendukung aggressor Zionis. Kita harus kawatir dengan peringatan Nabi saw yang menyatakan  bahwa barangsiapa yang membantu membunuh seorang mukmin, meski hanya dengan sepatah kata, maka ia kelak bertemu dengan Allah swt tertulis di dahinya kalimat " Orang yang putus dari rahmat Allah ", na'udzubillah min dzalik.

Mudah-mudahan ibadah khusuf kali ini juga memiliki nilai solidaritas kita terhadap saudara-saudara kita yang sedang dihadapkan kepada berbagai kesulitan, serta diterima sebagai ibadah yang makbul dan mabrur. Amien.


Share :